Hari kedua acara Pekan Ngaji Tafsir Nusantara di Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang menghadirkan KH. Zamroji Abdul Halim sebagai narasumber utama, yang berjalan lancar dan penuh makna.
Beliau memaparkan kitab Tafsir al-Mu’tasham fii Tafsir al-Qur’an al-Mu’azzam, yang mengandung beberapa penafsiran unik yang belum pernah disebutkan dalam literatur tafsir sebelumnya. Acara ini dimoderatori oleh Ainur Rifqi Kyai Muda Pengasuh Ribath Roudotul Quran PP Darul Ulum, yang memperkenalkan profil KH. Zamroji Halim serta perjalanan keilmuannya.
Dalam pengajian, KH. Zamroji Halim menekankan pentingnya belajar Al-Qur’an dan peran pesantren dalam membentuk karakter serta spiritualitas. Beliau mengutip hadis Rasulullah SAW bahwa sebaik-baik manusia adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya. Selain itu, beliau mengingatkan bahwa niat dalam menuntut ilmu dapat berkembang seiring waktu dan pentingnya keikhlasan dalam belajar.
Salah satu momen istimewa dalam acara ini adalah pemberian ijazah khusus yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Sebelum memulai pengajian kitab Tafsir al-Mu’tasham, KH. Zamroji Halim memberikan ijazah kepada para peserta, menambah keberkahan acara. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keberlanjutan dan keberkahan ilmu yang diajarkan.
Acara ini juga menjadi momentum penting dalam menghidupkan tafsir Nusantara dan menghormati warisan keilmuan ulama Indonesia. KH. Zamroji Halim menekankan pentingnya menjadikan kitab-kitab karya ulama Nusantara sebagai rujukan utama, sebagai bentuk penghormatan atas warisan keilmuan mereka. Dengan demikian, acara ini tidak hanya menjadi ajang pengajian, tetapi juga penguatan identitas keilmuan Nusantara.
Biografi KH Zamroji Halim
Kiai Zamroji bernama lengkap Ahmad Zamroji Halim, lahir 7 Maret 1953 M dari pasangan KH Abdul Halim Rohman dan Nyai Hj Siti Rukoyah di Dusun Kedungsuko, Desa Bangsalsari, Jember. Ayahnya adalah pendiri Yayasan Pendidikan Pesantren Mamba’ul Khoiriyatil Islamiyah (MHI). Sang ayah merupakan sosok alim, saleh, dan Mursyid Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah yang produktif menulis turats berbentuk naẓam.
Sementara ibunya, merupakan puteri KH Muhammad Kholil, pengasuh Pondok Pesantren Bani Kholiel di Dusun Balong, Desa Bangsalsari, Jember.
Kiai yang biasa disapa Yai Zam oleh santrinya ini sejak kecil sudah memiliki minat baca yang tinggi, mulai dari buku sejarah, cerita edukatif, koran, serta gemar menonton berita-berita di radio dan televisi sejak sejak ia kelas 3 Sekolah Rakyat (SR). Kesehariannya lebih banyak berotasi dalam belajar, menulis, dan mengajar.