KEISTIMEWAAN PENGHAFAL AL-QUR’AN

Jombang (29/9) – Khotmil quran bil ghoib serta silaturrahim empat bulanan Jam’iyyah Mudarosatil Qur’an lil hafidzot (JMQH) yang sekaligus merangkap acara maulid Nabi Muhammad SAW. kali ini dilakukan di Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang.

Dalam mauidzohnya, KH. Nur Royhan, atau yang lebih akrab disapa dengan Gus Nur, menyampaikan bahwa menjadi seorang huffadz itu sungguh anugerah yang sangat luar biasa. Bahkan dikatakan, salah satu keistimewaan tersebut adalah memiliki andil dalam menyangga keutuhan alam semesta.

Andaikan Al-quran tidak dijaga di hati seorang mukmin, maka dunia seisinya akan hancur berantakan, karena telah kehilangan penyangganya. Artinya, kiamat akan datang ketika sudah tidak ada lagi para huffadz di atas muka bumi ini.

Begitu besar pengaruh Al-quran terhadap stabilitas dunia. Nyatanya, hanya manusia yang sanggup mengemban amanah besar ini. Bahkan alam semesta pun tidak mampu untuk memikulnya.

Sebagaimana yang terdapat dalam Surat Al-Ahzab ayat 72:

انا عرضناالامانت علی السمو ت والارض والجبال فابین ان یحملنها واشفقن منها وحملها الانسان انه کان ظلوما جهولا.

“Sesungguhnya, Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.”

Al-Qur’an merupakan amanat dari Alloh SWT yang diturunkan melalui perantara malaikat Israfil dan malaikat Jabril, hingga sampai kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun proses penurunan Al-Qur’an secara keseluruhan, dari Lauhil Mahfudz menuju Baitul Izzah, terjadi pada malam qodar. Sedangkan diturunkannya kepada Nabi Muhammad SAW secara bertahap sesuai dengan asbabun nuzul, mulai dari surat Al-‘Alaq hingga wahyu terakhir, yakni surah Al-Maidah ayat 3.

Di sisi lain, menilik dari arti ‘amanat’ secara luas, dapat dipahami sebagai sesuatu yang diserahkan kepada orang lain untuk dipelihara dan ditunaikan dengan sebaik-baiknya, serta berusaha untuk tidak menyia-nyiakannya. Sehingga secara otomatis amanat ini harus bisa dipertanggungjawabkan oleh penerima kepada sang pemberi amanat.

Adapun amanat berupa Al-quran di dunia ini telah dititipkan kepada para hafidz Al-quran. Dan tentunya, di akhirat nanti akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Alloh SWT. Namun mengingat beratnya pertanggungjawaban itu di hadapan Alloh SWT, maka Rasulullah SAW sebagai shohibul mu’jizat, kemudian sowan serta melakukan negosiasi kepada Alloh SWT untuk mem_ back up amanat tersebut nantinya, karena ummatnya tidak akan mampu untuk melakukan.

Dari sini, kita bisa melihat betapa sayangnya Rasulullah SAW kepada ummatnya. Sehingga pertanggungjawaban yang sangat berat itu beliau tanggung sendiri.

Pengasuh Pondok Pesantren Roudhotut Tahfidzil Quran (PPRTQ) Perak Jombang ini menegaskan, maka sangatlah wajar jika kita sebagai ummat Rasulullah SAW kemudian memperingati hari lahir beliau, karena perjuangan serta rasa sayangnya kepada ummatnya pun luar biasa. Sehingga diharapkan, dengan peringatan maulid nabi akan terpatri juga rasa cinta kita kepada Rasulullah SAW serta semangat untuk meneladani akhlaqnya.

Rasulullah memang seorang manusia, namun beliau merupakan manusia istimewa, karena menerima wahyu berupa Al-qur’an, yang menjadi mukjizat beliau. Sedangkan nilai-nilai dari Al-qur’an itu sendiri telah diimplementasikan ke dalam kehidupan beliau sehari-hari. Sehingga Sayyidah Aisyah RA ketika ditanya tentang bagaimana akhlaq Rasululloh? Beliau menjawab;

کان خلقه القران

“Akhlaq nabi Muhammad SAW adalah al-qur’an.”

Dengan demikian, inilah yang menjadi pembeda Rasulullah SAW dengan manusia secara keseluruhan. Ibarat sebuah batu pertama diantara bebatuan lainnya.

Seorang penyair Arab mengatakan pujiannya kepada nabi muhammad SAW.

محمد بشر لا کالبشر ، بل هو کالیاقوت بین الحجر

“Muhammad SAW adalah seorang manusia, namun bukan manusia biasa. Dia laksana batu permata diantara bebatuan biasa.”

Maka dari itu, sebagai seorang hafizh dan hafizhoh tentunya berusaha meneladani Rasulullah SAW, juga menjaga sunnah beliau berupa hafalan alquran ini dengan sebaiknya. Sehingga diharapkan kita bisa ikut serta mendapatkan rahmat dari Alloh SWT bersama dengan intan permata tersebut di surga-Nya kelak. Aamiin.

Wallohu a’lam bis showab.

*

Oleh. Laili Mufidatus Zakiyah, S. Psi (sie. Humasy JMQH kec. Jogoroto kab. Jombang)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *