Perkembangan Anak Usia Dini 3-6 tahun

Oleh: Marisa Hurun’in

Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai 6 tahun . Anak prasekolah memiliki ciri khas tersendiri dalam segi pertumbuhan dan perkembangan. Anak usia dini membutuhkan bimbingan dari orang dewasa, baik guru maupun orang tua. Keberadaan anak usia dini sangat krusial, karena masing-masing individu akan mengalami masa tersebut sekali seumur hidup. Usia dini merupakan fase kehidupan dimana individu mengalami peningkatan secara signifikan dalam perkembangannya.

Peran orang tua tidak hanya sekedar mencari nafkah dan melakukan pekerjaan rumah tangga, namun juga menjaga masa depan tumbuh kembang anak dan kesehatan keluarga. Perkembangan anak usia dini saat ini perlu adanya suatu pendampingan dari orang tua dalam tumbuh kembang anak hal ini dikarenakan anak usia dini merupakan masa emas atau “golden age” dimana pada masa ini anak dalam proses tumbuh kembangnya berjalan secara cepat. Pada Usia 3-6 tahun anak memiliki perkembangan yang sangat peka terhadap hal hal yang berkaitan dengan kepekaan dan rasa ingin tahu yang ada pada diri anak usia dini. Perkembangan anak usia dini mencakup beberapa aspek diantaranya aspek fisik, motorik, sosial, emosi dan kognitif

Pembahasan

Anak usia dini lahir ke dunia dengan membawa segenap potensi (kecerdasan) yang dianugerahkan Tuhan, namun potensi-potensi tersebut tidak akan berkembang dan muncul secara optimal pada diri anak jika tidak distimulasi sejak usia dini. Perkembangan anak merupakan masa pembentukan fondasi bagi kepribadian serta keterampilan yang akan menentukan pengalaman hidup anak selanjutnya. Pengalaman, keterampilan dan pendidikan bagi anak merupakan faktor yang paling menentukan dalam perkembangan anak itu sendiri. Hal yang dapat membentuk perkembangan potensi anak umur 3-6 yaitu belajar dengan bermain. Kegiatan belajar pada anak usia dini dengan kegiatan bermain membantu perkembangan potensi anak. Melalui kegiatan bermain anak diajak bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang ada di sekitar lingkungan anak, sehingga pembelajaran akan bermakna. Dengan permainan tersebut merupakan peluang bagi anak untuk melakukan berbagai hal. Dengan demikian, kondisi ini yang menyebabkan anak belajar. Kegiatan bermain merupakan bagaimana cara anak belajar, yaitu belajar tentang apa saja seperti objek, kejadian, situasi, konsep. Dengan bermain anak akan lebih senang dengan hal-hal baru, entah pembelajaran, pengalaman ataupun keterampilan, sehingga anak akan dapat pembelajaran yang ia dapat saat bermain. Contohnya, saat anak bermain kejar-kejaran bersama ibunya, ternyata si anak terpeleset kemudian jatuh maka ia akan mendapat pelajaran bahwa saat melakukan sesuatu, ia harus hati-hati agar tidak terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

Fungsi penting dari permainan adalah bahwa ia berhubungan langsung dengan kemampuan pemecahan masalah, memberikan individu dengan keterampilan khusus untuk memecahkan berbagai masalah yang ditimbulkan dalam keadaan kehidupan lain. Bermain merupakan dunia anak dan masa anak untuk mengeksplorasikan semua yang ada pada anak. Permaianan pada anak adalah semua aktivitas yang dilakukan anak-anak baik berupa gerakan, fikiran maupun perkataan. Bermain berupa gerakan seperti: lari-larian, melompat, memanjat dan lain-lain. Bermain yang menggunakan fikiran seperti: bermain puzzle, menyusun balok mengingat lagu, mengingat dialog orang lain yang didengarkan. Hal ini merujuk pada kemampuan seorang anak untuk penyesuaian dan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya dan memenuhi tuntutan perkembangan pada tahap awal kehidupannya. Dalam tahap ini, anak belum waktunya diajarkan untuk mengerti nilai-nilai kehidupan masyarakat atau perilaku moral, karna pada tahap ini anak harus diberi kebebasan untuk bermain agar ia dapat beradaptasi sedikit demi sedikit tahapan yang layak ia terima.

Tahap perkembangan pada setiap anak hasil capaiannya tidak sama hal ini dikarenakan setiap tahap perkembangan anak memiliki keunikan sendiri sendiri. Karakteristik perkembangan anak berdasarkan Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kebudayaan 2020 yaitu, Anak usia 3-4 tahun bisanya dapat naik turun tangga, berjalan di garis lurus, melompat dengan jarak 0,3 meter, melempar bola dengan tubuh sedikit memutar, menangkap bola di dada, mengayuh sepeda, makan sendiri.

Anak usia 4-5 tahun biasanya  dapat naik turun tangga dengan kaki bergantian, berjalan di garis melingkar, berjalan di papan keseimbangan, berlari, melompat lebih jauh, melempar dengan badan sedikit memutar dengan lebih efisien, menangkap bola menggunakan tangan.

Anak usia 5-6 tahun biasanya berjalan dengan mudah di papan keseimbangan, berlari, melompat dengan kedua kaki bergantian, melompat lebih jauh dan lebih tinggi, m,elakukan lempar tangkap dengan lebih efisien.[1] Hal ini dapat dipahami bahwa anak tidak bisa langsung mengerti tentang nilai dan moral sosial masyarakat, tetapi ada tahapan-tahapan yang harus ia jalani sedikit demi sedikit saat usia dini.

Kesimpulan

Anak usia dini lahir dengan berbagai potensi yang perlu dikembangkan sejak awal. Cara terbaik untuk mengembangkan potensi anak usia 3–6 tahun adalah melalui belajar sambil bermain. Bermain membuat anak senang, bebas bereksplorasi, dan belajar banyak hal dari lingkungan sekitar, seperti pengalaman, keterampilan, dan pemecahan masalah.

Permainan bisa berupa aktivitas fisik (lari, melompat) maupun berpikir (menyusun puzzle, mengingat lagu). Setiap anak berkembang dengan cara dan kecepatan yang berbeda, tergantung usia dan kemampuannya. Oleh karena itu, anak perlu diberikan kebebasan bermain agar bisa tumbuh dan beradaptasi dengan dunia secara bertahap, bukan dipaksa langsung memahami nilai-nilai atau aturan orang dewasa.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *